JAILOLO,Teluknews.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI, terpukau menyaksikan atraksi teater kuliner tujuh suku yang ditampikan pada event Festival Teluk Jailolo (FTJ) ke 12.
Terpukaunya Kemenparekraf itu disampaikan langsunh, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf Josua Puji mulia Simanjuntak. Joshua sendiri mengaku, baru kali pertama, ia menyaksikan acara yang seperti itu. Sebab menurut dia, penggabungan antara kuliner khas dengan tari-tarian budaya Halmahera Barat (Halbar) merupakan suatu terobosan yang sangat luar biasa.
“Kebetulan baru pertama kali lihat ini, dan sangat luar biasa sekali, selain preservasi budaya, seperti tadi makanan yang dibuat itu sebenarnya menggali cara memasak yang mungkin sudah ratusan tahun, kemudian digali kembali dan diramu dengan pertunjukan tari-tarian daerah yang sangat luar biasa sekali,”kata Josua saat di konfirmasi Wartawan di Wisata Desa Gamtala Kecamatan Jailolo, usai pelaksanaan acara tersebut, Jumat (11/6/2021).
Josua juga mengaku senang, karena adanya keterlibatan anak muda dalam pergelaran itu.
“Dan saya sangat senang sekali melihat, bahwa ini ada keterlibatan generasi muda yang turut mempreservasi budaya. Biasanya kalau penari itu, yang sudah berumur, ini anak-anak pun berpartisipasi, harapannya kedepan, selain mempreservasi (memelihara), kita juga jangan lupa terus berkreasi,”ungkapnya.
Jadi, lanjut Josua, tujuan dari menggali cara-cara memasak yang lama itu sebenarnya ialah mempersiapkan untuk menuju masa depan.
“Kalau kita membaca, sebenarnya tujuan dari menggali lagi cara-cara memasak yang lama ini, resep-resep lama ini, sebenarnya ini mempersiapkan untuk ke masa depan, artinya disini bukan hanya resep yang sudah ada, tetapi disini ada juga peran chef, tadi ada chef arci yang bekerja sama dengan ibu-ibu dari Halmahera Barat kemudian mencoba membuat juga resep-resep baru, jadi ini juga untuk masa depan,”cetusnya.
Lebih lanjut ia katakan, hal itu bukan berarti meniadakan yang lama, tatapi mengembangkan dan tetap Barakar pada budaya lokal. Bahkan Kementerian Pariwisata juga akan terus mendukun apa yang di kembangkan oleh Halmahera barat.
“Artinya kita ketahui dulu apa itu budaya lokal, kemudian dengan kreatifitas dan kerjasama dengan ibu-ibu. Harapan kita, munculnya kuliner-kuliner baru yang akan memperkaya. Jadi kita nggak berhenti disini saja,”akunya.
Disentil terkait pelaksanaan FTJ secara Hybrid, Josua mengaku baru pertama kali konsep hybrid di gunakan dalam pelaksanaan kegiatan yakni Festifal Teluk Jailolo.
“Memang ini saya rasa baru pertama kali, event itu dilaksanakan secara hybrid. Kalau secara online sudah pernah dilakukan, namun untuk offline, kalau seperti sekarang ini masih banyak tantangan, sebab dalam masa pandemi. Kuncinya, kita harus tetap menggunakan masker, kita tidak tahu apakah Covid-19 ini akan hilang atau kita harus hidup bersama dengan Covid-19,”pungkasnya. (bur)