TERNATE, Teluknews – Tenun Ternate menjadi salah satu primadona yang diburu para wisatawan berbagai negara dalam lawatan mereka dengan Kapal Pesiar Seabourn Quest di Ternate pada Kamis, 6 Maret 2025.
Tenun Ternate merupakan kerajinan khas dari Kota Ternate yang berada di Lingkungan Koloncucu, Kelurahan Toboleu, Ternate Utara. Pembuatan kain dengan cara tradisional ini diikenal dengan sebutan Tenun Koloncucu.
Kepala Dinas Perindusterian dan Perdaganan (Disperindag) Kota Ternate, Nursida Dj. Mahmud menjelaskan, Tenun Ternate atau lebih familiar dengan nama Tenun Koloncucu ini terdiri kain, selendang dan syal.
Produksi hasil pelaku usaha mikro kecil menengah ini dipajang di lokasi Kedaton Kesultanan Ternate. Berbagai motif khas dan warna yang indah, dapat memikat mata para wisatawan asing pada lawatan mereka kemarin.

“Mereka tidak segan-segan memborong dan menjadikan souvenir untuk dibawa ke negara asal,” kata Nursidah dalam keterangan tertulis yang diterima teluknews, Minggu, 9 Maret 2025.
Nursida mengatakan, selain menampilkan produk Tenun Ternate, hadir juga para penenun lainnya di bawah binaan Dekranasda Kota Ternate.
“Penenun-penenun di bawah ketua Marliza M. Tauhid itu juga mendemonstrasikan cara menenun menggunakan alat yang masih sangat tradisional yaitu gedogan,” katanya.
Selain di kedaton, para wisatawan juga mengunjungi lokasi produksi tenun ATBM di Benteng Oranje. Kunjungan para wisatawan dalam rangka melihat secara langsung proses pembuatan serta hasil produksi yang dipajang.
Menurut Nursidah, lokasi produksi tenun baik yang berada di Koloncucu maupun di Benteng Oranje kerap menjadi titik kunjungan wisatawan mancanegara maupun lokal.
Hal ini tidak terlepas dari peran Pemerintah Kota Ternate melalui Disperindag Kota Ternate yang bekerja sama dengan Dekranasda Kota Ternate dan Bank Indonesia yang selalu melakukan pelatihan, pendampingan, fasilitasi peralatan dan bahan baku, pengembangan peralatan dengan penggunaan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
“Ini dalam rangka mendorong kapasitas produksi, promosi dan pemasaran sejak tahun 2022 hingga saat ini. Sehingga terwujud regenerasi penenun agar tradisi yang sangat produktif ini tetap terjaga,” sambungnya. (red)