
JAILOLO,Teluknews.com – Komisi II DPRD Halmahera Barat (Halbar), menilai Pemerintah Kabupate (Pemkan) Halbar tidak punya kajian dan analisis terkait dampak kebijakan menghadirkan Indomaret di wilayah Halbar.
Sekretaris Komisi II Dasril Hi. Usman kepada wartawan usai melakukan rapat bersama dengan Disperindagkop dan UKM halbar di ruang rapat DPRD, Rabu (30/6/2021) menyatakan, dirinya merasa kebijakam pemkab halbar cukup, karena hingga saat ini Disperindagkop sebagai instansi yang membidangi perdagangan tidak mengetahui berapa titik gerai Indomaret yang akan dibangun. Disperindagkop juga mengaku, bahwa mereka tiba diundang untuk mendampingi pihak indomaret melakukam survei dan bertemu dengan bupati.
“Masa disperindag srbagai dinas teknis ko tidak tahu titik-titik mana, berarti pemkab sendiri tidak ada kajian,”cetus Dasril.
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) Halbar ini mengaku, secara kelembagaan Komisi II tidak menolak hadirnya indomaret di halbar, karena itu bukan wilayanya Komisi II, dan tidak mempunyai kewenangan untuk menyetujui atau tidak menyetujui, tetapi sebagai wakil rakyat punya kewajiban untuk memberikan masukan kepada pemkab terkait dengan kebijakan yang diambil, kemungkinan kebijakan itu bisa merugikan masyarakat.
“Tadi kita anggap ada masukan yang sedikit berimbang, karena ada sampel studi kasus dari kabupaten progo. Di progo Indomaret namanya dirubah menjadi warung rakyat, selain brand indomaret berubah menjadi warung rakyat, produk yang dijual tidak semua dari indomaret, tapi indomaret mengakomodir komuditi masyarakat setempat,”katanya.
Dasril menambahkan, halbar sendiri kalau dibandingkan dengan Ternate tidak dapat sosialnya, tetapi kalau dibandingkan dengan Progo itu dapat, karena Kabupaten Progo itu daerah yang terisolasi yang mayoritas penduduknya petani dan nelayan sama seperti halbar.
“Kehadiran indomaret dikususkan di jalan raya, tidak boleh dipekarangan penduduk, karena marketing indomaret sasaranya bukan penduduk, tapi sasaranya pengguna lalulintas. Untuk halbar terget marketing indomaret itu bukan lagi pengguna lalulintas tetapi penduduk. Karena kita mengambil sampel di desa Guaemadu dan Hatebicara rata-rata kios kecil kita mengetahui pelanggangnya berapa banyak. Seandainya 1 RT itu ada 2 warung kita bisa hitung satu – satu warung itu punya pelanggang tetap 5 – 6 rumah kalau indomaret hadir ditengah – tengah dan menawarkan produk yang lebih murah, pasti dorang punya pelanggang 5 – 6 rumah ini pasti lari dengan produk yang murah, meskipun tidak membunuh tetapi saya rasa ini sangat riskan,”pungkasnya. (bur)













